Seperti orang di pasung, kaki mak Siami menjuntai disela rongga dipan tempat tidur, bilah-bilah dipan sengaja dipisah agar kaki bisa turun ke lantai dan paha bisa menjadi tumpuan beban alat-alat tenun yang beragam.
Ternyata mak Siami sedang membuat kain tenun dengan corak yang lebih bervariasi, tidak seperti kain tenun buatan sebelumnya yang hanya memiliki 2, yaitu warna merah hati dan putih yang dikenal dengan nama ‘Jarit Tenun Kluwung’, kini terlihat ada kombinasi keragaman warna yang menghiasi jalur benang inti, memberi kesan manis walau warnanya minimalis.
“ini pesanan Seniman Banyuwangi” kata mak Siami dengan logat Usingnya yang kental.
Menurut budayawan Banyuwangi, Abdullah fauzi, kain tenun Kluwung yang memiliki arti Pelangi sudah ada sejak dahulu, dalam setiap kegiatan_kegiatan adat, masyarakat Osing selalu menjadikan jarit Kluwung sebagai bagian dari ritual.
” Ada upacara Ruwatan Bagi Anak Kluwung” kata seniman yang dikenal dengan puisinya ini.
“Yang disebut anak “Kluwung” adalah anak yang mempunyai saudara kakak dan adik sekandung meninggal dunia, disebabkan oleh sebab apapun. Misalnya seorang suami istri mempunyai anak 3, anak yang pertama meninggal dunia, anak yang kedua hidup sampai besar sementara ia mempunyai seorang adik juga meninggal dunia atau seorang anak bersaudara berapa saja asal lebih dari 3 orang dimana kakak landes meninggal dan adik landesnya juga meninggal maka, ia disebut anak kluwung. Tutur pria yang lebih akrab dipanggil kang Fauzi ini.
Abdullah fauzi menambahkan, Bagi masyarakat Banyuwangi ada kepercayaan bagi anak kluwung harus diadakan selamatan ruwatan anak kluwung, agar supaya anak kluwung itu selamat tidak menggoda orang tua, berbakti kepada orang tua dan kalau ia mempunyai adik lagi berarti anak yang ke-4 dari satu keluarga tidak menggoda adiknya. Menggoda disini berarti tidak selalu memusuhi menggagu adik-adiknya dan ia sendiri supaya menjadi orang baik-baik.
“Menurut kepercayaan orang Banyuwangi anak kluwung besar kemungkinannya menjadi orang yang berkelakuan jelek baik ia laki-laki maupun wanita, apabila tidak diadakan upacara ruwatan selamatan kluwung, korban sesaji. Adapun selamatan kluwung atau korbn itu sesajennya terdiri dari ; nasi tumpeng panggang ayam dan selendang kawung disediakan (diletakan pada sebelah tumpeng). Pungkasnya.
Disisi lain, memang cukup disayangkan, bagi masyarakat Banyuwangi, lembaga adat Dan Dinas terkait, selama ini tidak mengetahui siapa yang membuat kain tenun sehingga pembuatan kain tenun Banyuwangi tidak terarsip dan kain tenun sendiri hanya di gunakan oleh daerah-daerah tertentu Saja, seperti Desa ‘adat Osing’ Kemiren dan Desa Olehsari Kecamatan Glagah.