Ada beberapa alat tenun yang memiliki Nama dan fungsi berbeda. Seperti “Pendalan” yang berfunsi sebagai tempat untuk menggulung ujung benang, pendalan terbuat dari kayu dengan Ketebalan 15cm lebar 50cm Dan panjang 2meter. Kemudian ada “Cacak”, cacak posisinya ada di kanan kiri gunanya untuk menempatkan pendalan (cacak terbuat dari kayu asem dengan tebal 40 cm bagian tengah di lobangi hingga ujung utk memasukkan pendalan. Lebar 60cm panjang 70cm kanan kiri).
Lalu ada “Belabas”, yang gunanya untuk mengunci ujung benang(belabas terbuat dari bambu tipis dg lebar 10cm). Terus “Usek” berfungsi utk meluruskan benang( usek terbuat dari bambu wuluh yang Tanpa pembatas di dalamnyya sengaja di isi Batu agar bisa memberi beban pada benang yg di tenun). Kemudian ada “Cincingan” yang berfungsi mengunci benang, kalau tanpa cincingan, di khawatirkan benang yang dalam proses penenunan akan ambuuradul (cincingan terbuat dari bambu yg berbentu panah dg ujung masing-masing cincingan seperti panah).
Selain Cincingan, dalam komponen alat-alat tenun juga ada “Weliro”, weliro gunanya utk menumbuk anyaman benang yg di pola (weliro terbuat dari kayu sawo dg bentuk pipih tipis seperti pedang). Berikutnya ada alat yang dinamai “Kulakan” yang memiliki ukuran 100cm, menjadi tempat gulungan benang lalu di masukkan ke seropong fungsinya sebagai alat memasukkan benang dari sudut kanan hingga kiri. Setelah itu ada yang di sebut dengan “Suri” atau sisir terbuat dari kumpulan bambu kecil2 seukuran lidi yang di apit bilah bambu tempat untuk memasukkan benang yang di tenun. Panjang 70cm bentukknya seperti sisir tapi di pinggir di apit bilahan bambu.
Selanjutnya ada “Apit” yang berbentuk bulat panjang terbuat dari kayu asam ukurannya 80cm. Ada celah untuk menempatkan tali yang berfungsi untuk mengikat gandokan. selain itu, apit juga berfungsi untuk menggulung hasil tenunan sekaligus berfungsi sebagai penahan “Gandokan” Yg berguna sebagai penahan punggung penenun, caranya dengan mengkaitkan tali pada sisi kanan kiri badan. Dan secara tidak langsung menjadi penahan Badan penenun.
Sebelum benang-benang di tenun, terlebih dahulu benang tersebut di sikat menggunakan sapu dari serabut rotan. Tujuannya untuk memisahkan benang-benang yang masih dalam ikatan.
Dengan menggunakan system manual atau biasa di Kenal dengan istilah ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin), wajar bila harga kain tenun buatan Siyami agak mahaln, kerana dalam satu bulan, terkadang dirinya baru bisa menyelesaikan satu lembar kain tenun Kluwung.
Melihat kondisi kain tenun di Banyuwangi yang tidak pernah tersentuh pemerintah. membuat mak Siami merasa prihatin, karena untuk saat ini, sudah tidak ada lagi generasi yang tertarik untuk mengikuti jejaknya. Termasuk anaknya sendiri yang tidak mau menjadi pewaris pembuatan kain tenun sebagai Warisan budaya.