Banyuwangi patut bangga memiliki sosok Perajin tenun Wastra Using bernama mak Siami, karena sejak tahun 1960an, perempuan asal Desa Jambesari ini masih konsisten membuat tenun, sampai membawa berkah bagi mak Siami, menjadi salah satu dari tiga seniman sekaligus budayawan Banyuwangi yang meraih Anugerah Kebudayaan Indonesia (AKI) 2024 , dengan kategori Pelestari.
Ada lima motif yang dibuat oleh Mak Siami, yakni Keluwung, Solok, Boto, Lumut, dan Gedokan. Tiap lembar, harga kain tenun buatan mak Siami antara 4-6 juta. Jarit Kluwung atau kain tenun kluwung cukup terkenal diwilayah suku using Banyuwangi. Tetapi sayangnya belum dilirik sebagai industri yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sehingga, generasi muda suku using tidak berminat untuk meneruskan pembuatan tenun jarit kluwung. parahnya lagi, pemerintah menutup mata untuk mengembangkannya. tinggallah mak Siami yang saat ini masih konsisten membuat jarit tenun kluwung.
Keberadaan kain tenun Kluwung Banyuwangi yang saat ini sedang mengalami masa kritis, mengingat sang pembuat kain tenun sendiri, Mak Siami merupakan generasi terakhir, masih belum mampu membuka mata lembaga pemerintah yang seharusnya menjaga dan melestarikan kekayaan lokal berupa kain tenun Kluwung Banyuwangi.
Mak Siami merupakan warga dusun Delik, RT 01/RW 03 Desa Jambesari, Kecamatan Giri. Dan merupakan satu-satunya penenun kain yang ada di Banyuwangi. Dan merupakan generasi terakhir perempuan Using yang membuat tenun khas bumi Blambangan.
Kain Tenun Kluwung atau biasa dikenal dengan Jarit Kluwung sebenarnya bukan barang baru bagi masyarakat Banyuwangi, apalagi untuk ‘Wong Using’ sendiri. Karena selama ini, kain tenun buatan Mak Siami merupakan satu-satunya kain tenun yang di gunakan oleh masyarakat untuk kegiatan-kegiatan adat Using.
Mak Siami, satu-satunya pengrajin tenun generasi terakhir di Banyuwangi. Tidak banyak yang tahu jika dia memiliki ketrampilan kuno tersebut. Kain tenun khas Banyuwangi yang beredar di masyarakat bisa dipastikan hasil buah tangannya. Kain tenun mak Siami banyak dikoleksi dan dipakai suku Using di Desa Kemiren Kecamatan Glagah. Desa Kemiren adalah sebuah desa adat suku Using yang masih mempertahankan tradisi maupun budaya asli.
“Jarit kluwung iki, akeh dienggo wong using Kemiren. Tapi sing kabeh lek, mong wong hang sugih-sugih byaen (Kain Kluwung ini, banyak dipakai orang Using Kemiren. Tapi tidak semua, hanya orang mampu saja),” Katanya.
Mak Siami menambahkan, jarit Kluwung buatannya banyak digunakan untuk keperluan upacara adat suku Using Kemiren. Semisal upacara pernikahan, upacara menyambut kelahiran bayi dan upacara pemakaman untuk menggendong batu nisan. Ada dua kain tenun yang selama ini dikenal masyarakat, kain tenun Kluwung dan tenun Solok. Mak Siami biasa memproduksi keduanya. Padahal, menurut mak Siami, dirinya merasa kesulitan untuk mencari bahan baku benangnya.
“Untuk kesulitannya, bahan baku yang mulai jarang ada di Banyuwangi. Kita harus beli di Surabaya, sementara yang pesan kan jarang, hanya orang-orang tertentu saja” ungkapnya
Mak Siami bercerita jika semua alat-alat yang dipakai untuk menenun saat ini sudah turun temurun dari leluhur.
“Alat ini Warisan dari ibu, kata ibu alat ini Warisan dari nenek” tutur mak Siami sambil memasukkan benang warna merah kombinasi biru, lalu memukul barisan benang-benang itu agar tersusun rapi.